Dunia 2011 … .
Dimana elektronik tak lagi
menjadi sesuatu yang langka. Mulai dari TV, Handphone, computer, internet, dsb.
2011 dikenal sebagai era informasi, dimana segala sesuatu yang terjadi di dunia
merupakan efek dari informasi yang diterima. Dalam hal ini dakwah memiliki
peluang besar untuk tetap eksis dilihat dan didengar. Apalagi media informasi
sekarang, khususnya internet sedikit demi sedikit mulai menjelma menjadi sebuah
media hitam / racun yang siap membunuh siapapun penggunanya melalui
konten-konten tak senonoh. Hal ini seharusnya menjadi pendukung utama dakawah
untuk tetap mengudara di angkasa.
Pada hakikatnya, dakwah
memiliki 3 peranan penting yang amat diperlukan penerapannya khususnya pada era
informasi yang sudah mulai menghitam oleh informasi-informasi dari
konten-konten tak senonoh internet dan media-media lannya.
Yang pertama, dakwah sebagai
faktor pengimbang dakwah bisa membantu kita untuk tidak hanya berkhidmat pada
kehidupan duniawi yang kian dimegahkan oleh kemajuan teknologi canggih, tapi
tetap menyeimbangkannya dengan kehidupan rohaniah (akhirat).
Yang kedua, dakwah sebagai
penyaring berarti bahwa ia diharapkan dapat membantu kita untuk dapat
menetapkan pilihan-pilihan nilai yang lebih manusiawi dan islami dalam menanggapi
arus perubahan yang terjadi akibat penemuan dan penerapan berbagai teknologi
modern.
Dakwah sebagai pengarah yang
dapat membimbing kita untuk memahami makna hidup yang sesungguhnya. sehingga terhindar
dari proses kebingungan atau disoriented dalam rumah peradaban dunia yang penuh
dinamika.
Sebagai penerus rasulullah
dalam mengemban amanat yang berat yakni berdakawah, kita tidak boleh berputus
asa dikarenakan merasa menghadapi peramasalahan-peramasalahan yang begitu rumit
yang seoalah tidak ada penyelesaiannya. Permasalahan-permasalahan manusia yang
beragam ini bukanlah terbentuk karena sesuatau yang tak bisa terdeteksi, tetapi
ditimbulkan karena kebutuhan maupun kepentingan manusia yang kini cenderung
lebih kritis akibat keluasan informasi dan pengalamannya. Hal ini bukan berarti
tidak ada penyelesaiannya. Hanya saja membutuhkan strategi yang juga agak
rumit. Bukan dengan menghilangkan jejak kemajuan tekhnologi yang seolah menjadi
penyebab utama, juga bukan dengan cara menghindar jauh dari peradaban dunia. Karena yang
seperti itu merupakan perbuatan pengecut, bukan tingkah seorang pejuang islam
seperti Rasulullah SAW. Seharusnya permasalahan yang timbul akibat makin
berkembangnya tekhnologi ini malah menjadikan dakwah memiliki peluang besar
dalam mengibarkan bendera islam. Mengapa bias seperti itu? Karena jasa iptek
(teknologi komunikasi) dapat dipakai bukan saja dalam penyelenggaraan kegiatan
berdakwah, tetapi sekaligus dalam proses peyakinan kita akan kemahabesaran dan
kemahaesaan Allah SWT dengan memanfaatkan iptek sebagai instrumennya.
Dalam konteks ini, inti kegiatan berdakwah adalah bagaimana
dengan rupa-rupa teknologi modern dan dalam gaya hidup modern, cinta kita pada Allah SWT
dan kepada sesama manusia kian terasa. Lantas bagaimana kegiatan dakwah harus
berkiprah? Pertama, orientasi dakwah harus lebih mengacu pada
penunjukan dan pembuktian kemahabesaran Allah SWT dengan cara-cara yang bisa
diterima akal sehat. Untuk itu kajian-kajian syariat (ilmu pengetahuan agama)
mungkin perlu disejajarkan dengan kajian-kajian nonsyariat (ilmu pengetahuan
umum). Jika kajian syariat (ilmu pengetahuan agama) memakai al-qur’an dan
sunnah ynag merupakan aturan tertulis sebagai rujukan utama, maka segi
nonsyariat (ilmu pengetahuan umum) bisa merujuk pada kemajuan-kemajuan iptek
dalam memahami ataupun menguasai sunnatullah.
Dengan demikian dakwah akan terasa lebih fungsional dan lebih
berdayaguna dalam mengembangkan benih-benih pengenalan dan kecintaan kita
kepada Yang Maha Pencipta. Dengan instrumen iptek, misalnya hukum gravitasi,
kita mengetahui bahwa sesungguhnya setiap benda, dengan caranya masing-masing
"bersujud" pada-Nya sebagaimana dujelaskan dalam Al-qur’an surat An-Nahl: 49.
“ "
ولله يسجد ما فى السموات ومافى الأرض من دابة والملائكة
وهم لايستكبرون Kemahabesaran Allah dapat dilihat mulai dari benda ciptaan-Nya
berupa alam semesta yang dapat diintip dengan teleskop sampai pada alam
sub-atom yang pengenalannya hanya mungkin dideteksi lewat mikroskop. Semua ini
memperlihatkan keteraturan yang luar biasa yang mengisyaratkan adanya kemampuan
tak tertandingi dari Yang Maha Pengatur, Allah ‘Azza wa Jalla.Pengenalan,
kekaguman dan kecintaan kepada Allah SWT lewat dakwah seperti itu niscaya akan
membantu kita untuk menemukan wujud-wujud ketundukan kepada-Nya dalam kehidupan
kita sehari-hari.
Kedua, kecintaan kepada sesama manusia juga
merupakan inti dari kegiatan berdakwah. Kecintaan ini dapat dicapai lewat
keyakinan bahwa kita semua sesungguhnya bersaudara, dan dengan demikian kita
harus saling mengenal. Pengenalan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk
hubungan yang positif. Sehingga kita dapat saling menghargai, karena kita semua
adalah ciptaan yang unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari
sini akan lahir berbagai rasa santun, karena kita menyadari posisi kemanusiaan
kita yang sejajar.
Dalam setiap proses komunikasi, setidak-tidaknya ada lima komponen komunikasi
yang harus diperhatikan, yaitu: komunikator, isi pesan, medium, komunikan dan
feedback (umpan balik). Lantas bagaimana dakwah islam dapat terus berkembang
menuju tujuan awalnya membesarkan islam meskipun di era yang penuh dengan
tantangan ini?
Pertama, makna komunikator harus diperluas.
Kalau selama ini kita cenderung melihat komunikator atau penyampai pesan
hanyalah mereka yang dapat disebut ulama, atau mubaligh di majelis taklim,
mimbar-mimbar masjid dan musholla, maka makna itu sebaiknya diperbesar. Kita
harus mempersepsikan bahwa sesungguhnya kita semua mempunyai tugas keda'ian.
Seorang dokter yang menyadari kebesaran Allah SWT lewat kesempurnaan struktur
tubuh manusia dapat berdakwah dengan menyampaikan "kesadarannya" itu
pada pasiennya. Begitu juga negarawan, peneliti, teknolog dan sebagainya
semuanya dapat melaksanakan peran-peran keda'ian pada bidang keahliannya masing-masing.
Kedua, isi pesan juga perlu terus diperluas. Isi
pesan dakwah diharapkan tidak hanya merujuk ke AI-Quran, hadis, sunnah, dalam
arti sumber baku, tetapi juga pada sumber-sumber dinamis berupa "Al-Quran
besar" yaitu universum, langit dan bumi serta segala yang ada di antara
keduanya. Jika dulu dan bahkan juga sekarang mubaligh dominan berbicara tentang
akhirat, surga dan neraka, maka materi dakwah kini perlu diperluas untuk juga
menggeluti masalah-masalah dunia dan kekinian. Dengan kata lain, dakwah harus
dapat mengembangkan kiprah manusia pada tuntutan hidup yang bersifat kekinian
dan yang bersifat keakhiratan.
Ketiga, media untuk menyampaikan pesan dakwah
juga perlu diperluas maknanya. Semua jenis media massa ,
seperti radio, televisi, surat
kabar, majalah dan seterusnya mestinya dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan
dakwah. Tentu saja kontak interpersonal tak kalah pentingnya. Perbuatan atau
prestasi baik dalam satuan-satuan kerja dan pengabdian kita pun dapat dijadikan
sebagai suatu media dakwah, yakni sebagai uswatun hasanah bagi orang-orang
disekitar kita.
Keempat, khalayak atau target audience juga
perlu diperluas maknanya. Selain orang-orang yang berada di masjid, langgar,
musholla, majelis taklim, seharusnya mereka yang berada di tempat-tempat lain
seperti di kantor, perusahaan, rumah sakit dan sebagainyapun juga dapat
menikmati dakwah. Tentu saja dengan cara ataupun pendekatan yang berbeda-beda.
Semua anggota masyarakat, sebagai individu atau kelompok, yang kaya dan miskin,
di kota
metropolitan dan di desa terpencil, seharusnya terjangkau oleh dakwah dengan
medium dan materi yang sesuai. Dengan kata lain jaringan (networking) dakwah
tingkat lokal, tingkat nasional dan bahkan tingkat internasional perlu
dibangun. Semua ini tentu saja memerlukan manajemen yang baik dan penanganan
yang, katakanlah, professional.
Kelima, dalam kegiatan berdakwah, seperti
halnya dalam proses komunikasi, feedback amat penting diperhatikan. Kesadaran
dan kepekaan kita dalam mendeteksi feedback akan membuat proses berdakwah lebih
efektif. Kita misalnya bisa mengubah model dakwah setelah melihat umpan balik
dari khalayak. Feedback juga memungkinkan munculnya dialog yang lebih
produktif. Tak seorang pun di antara kita yang patut berpretensi serba tahu
tentang segala hal. Karena memang tak satupun makhluk di dunia ini yang
sempurna keadaannya.
Sebuah bukti bahwa dakwah tetap dapat berkembang bahkan akan
lebih berkembang di era informasi ini adalah penduduk muslim diseluruh dunia
yang mulai mencapai 1,5 milyar akibat tekhnologi informasi yang begitu mudah
diakses dan dinikmati sehingga mereka semakin mudah mengenal dan mempelajari
islam secara keseluruhan.
Beberapa hal yang sudah
tersebut diatas merupakan pendukung yang amat kuat bagi kita ummat islam untuk
menguasai tekhnologi, bahkan hokum mempelajarinya sudah berpindah menjadi
wajib. Disamping itu terdapat beberapa alas an yaitu; pertama,
karena pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan berasal dari sumber-sumber
negara Islam yang telah dibawa oleh negara-negara barat. kedua,
Karena Allah akan memberikan kearifan dan juga ketentraman kepada siapa saja
yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar umat muslim tidak
bergantung kepada dunia barat (umat lain), agar juga bisa membuat solusi-solusi
terhadap persoalan umat. Ketiga, Penguasaan teknologi Informasi
akan membuat umat Islam untuk selalu mengetahui informasi terkini dan tidak
gampang untuk dipecah belah oleh umat lain. Sehingga dengan menguasai teknologi
informasi akan mendekatkan persatuan dan kesatuan umat. Keempat,
peringatan Nabi Muhammad lewat hadist yang beliau ucapkan 14 abad yang lalu
mengenai setiap zaman adalah berbeda, artinya antara zaman kita dengan anak
cucu kita akan berbeda karena perubahan semakin cepat. Rasulullah saw pun
memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin.
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang
sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu
diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut
ilmu.” (Hadis Nabi saw).”
Sekarang saatnya kita semua
sadar bahwa dakwah islam perlu kita perjuangkan sejak islam ada hingga
kapanpun, tanpa ada batasnya. Jika mengaku ummat Rasulullah yang ikut antri
dibelakang beliau untuk mendapatkan syafa’at, maka ‘Ballighu ‘Anni walau ayat’
sampaikanlah walau satu ayat, walau jiwa menjadi taruhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar