Rabu, 07 Desember 2011

ANTISIPASI PERKEMBANGAN IPTEK, KEMBANGKAN STRATEGI DAKWAH

Dunia 2011 … .
Dimana elektronik tak lagi menjadi sesuatu yang langka. Mulai dari TV, Handphone, computer, internet, dsb. 2011 dikenal sebagai era informasi, dimana segala sesuatu yang terjadi di dunia merupakan efek dari informasi yang diterima. Dalam hal ini dakwah memiliki peluang besar untuk tetap eksis dilihat dan didengar. Apalagi media informasi sekarang, khususnya internet sedikit demi sedikit mulai menjelma menjadi sebuah media hitam / racun yang siap membunuh siapapun penggunanya melalui konten-konten tak senonoh. Hal ini seharusnya menjadi pendukung utama dakawah untuk tetap mengudara di angkasa.
Pada hakikatnya, dakwah memiliki 3 peranan penting yang amat diperlukan penerapannya khususnya pada era informasi yang sudah mulai menghitam oleh informasi-informasi dari konten-konten tak senonoh internet dan media-media lannya.
Yang pertama, dakwah sebagai faktor pengimbang dakwah bisa membantu kita untuk tidak hanya berkhidmat pada kehidupan duniawi yang kian dimegahkan oleh kemajuan teknologi canggih, tapi tetap menyeimbangkannya dengan kehidupan rohaniah (akhirat).
Yang kedua, dakwah sebagai penyaring berarti bahwa ia diharapkan dapat membantu kita untuk dapat menetapkan pilihan-pilihan nilai yang lebih manusiawi dan islami dalam menanggapi arus perubahan yang terjadi akibat penemuan dan penerapan berbagai teknologi modern.
Dakwah sebagai pengarah yang dapat membimbing kita untuk memahami makna hidup yang sesungguhnya. sehingga terhindar dari proses kebingungan atau disoriented dalam rumah peradaban dunia yang penuh dinamika.
Sebagai penerus rasulullah dalam mengemban amanat yang berat yakni berdakawah, kita tidak boleh berputus asa dikarenakan merasa menghadapi peramasalahan-peramasalahan yang begitu rumit yang seoalah tidak ada penyelesaiannya. Permasalahan-permasalahan manusia yang beragam ini bukanlah terbentuk karena sesuatau yang tak bisa terdeteksi, tetapi ditimbulkan karena kebutuhan maupun kepentingan manusia yang kini cenderung lebih kritis akibat keluasan informasi dan pengalamannya. Hal ini bukan berarti tidak ada penyelesaiannya. Hanya saja membutuhkan strategi yang juga agak rumit. Bukan dengan menghilangkan jejak kemajuan tekhnologi yang seolah menjadi penyebab utama, juga bukan dengan cara menghindar  jauh dari peradaban dunia. Karena yang seperti itu merupakan perbuatan pengecut, bukan tingkah seorang pejuang islam seperti Rasulullah SAW. Seharusnya permasalahan yang timbul akibat makin berkembangnya tekhnologi ini malah menjadikan dakwah memiliki peluang besar dalam mengibarkan bendera islam. Mengapa bias seperti itu? Karena jasa iptek (teknologi komunikasi) dapat dipakai bukan saja dalam penyelenggaraan kegiatan berdakwah, tetapi sekaligus dalam proses peyakinan kita akan kemahabesaran dan kemahaesaan Allah SWT dengan memanfaatkan iptek sebagai instrumennya.
Dalam konteks ini, inti kegiatan berdakwah adalah bagaimana dengan rupa-rupa teknologi modern dan dalam gaya hidup modern, cinta kita pada Allah SWT dan kepada sesama manusia kian terasa. Lantas bagaimana kegiatan dakwah harus berkiprah? Pertama, orientasi dakwah harus lebih mengacu pada penunjukan dan pembuktian kemahabesaran Allah SWT dengan cara-cara yang bisa diterima akal sehat. Untuk itu kajian-kajian syariat (ilmu pengetahuan agama) mungkin perlu disejajarkan dengan kajian-kajian nonsyariat (ilmu pengetahuan umum). Jika kajian syariat (ilmu pengetahuan agama) memakai al-qur’an dan sunnah ynag merupakan aturan tertulis sebagai rujukan utama, maka segi nonsyariat (ilmu pengetahuan umum) bisa merujuk pada kemajuan-kemajuan iptek dalam memahami ataupun menguasai sunnatullah.
Dengan demikian dakwah akan terasa lebih fungsional dan lebih berdayaguna dalam mengembangkan benih-benih pengenalan dan kecintaan kita kepada Yang Maha Pencipta. Dengan instrumen iptek, misalnya hukum gravitasi, kita mengetahui bahwa sesungguhnya setiap benda, dengan caranya masing-masing "bersujud" pada-Nya sebagaimana dujelaskan dalam Al-qur’an surat An-Nahl: 49. “ " ولله يسجد ما فى السموات ومافى الأرض من دابة والملائكة وهم لايستكبرون Kemahabesaran Allah dapat dilihat mulai dari benda ciptaan-Nya berupa alam semesta yang dapat diintip dengan teleskop sampai pada alam sub-atom yang pengenalannya hanya mungkin dideteksi lewat mikroskop. Semua ini memperlihatkan keteraturan yang luar biasa yang mengisyaratkan adanya kemampuan tak tertandingi dari Yang Maha Pengatur, Allah ‘Azza wa Jalla.Pengenalan, kekaguman dan kecintaan kepada Allah SWT lewat dakwah seperti itu niscaya akan membantu kita untuk menemukan wujud-wujud ketundukan kepada-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kedua, kecintaan kepada sesama manusia juga merupakan inti dari kegiatan berdakwah. Kecintaan ini dapat dicapai lewat keyakinan bahwa kita semua sesungguhnya bersaudara, dan dengan demikian kita harus saling mengenal. Pengenalan dimanifestasikan dalam berbagai bentuk hubungan yang positif. Sehingga kita dapat saling menghargai, karena kita semua adalah ciptaan yang unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari sini akan lahir berbagai rasa santun, karena kita menyadari posisi kemanusiaan kita yang sejajar.
Dalam setiap proses komunikasi, setidak-tidaknya ada lima komponen komunikasi yang harus diperhatikan, yaitu: komunikator, isi pesan, medium, komunikan dan feedback (umpan balik). Lantas bagaimana dakwah islam dapat terus berkembang menuju tujuan awalnya membesarkan islam meskipun di era yang penuh dengan tantangan ini?
Pertama, makna komunikator harus diperluas. Kalau selama ini kita cenderung melihat komunikator atau penyampai pesan hanyalah mereka yang dapat disebut ulama, atau mubaligh di majelis taklim, mimbar-mimbar masjid dan musholla, maka makna itu sebaiknya diperbesar. Kita harus mempersepsikan bahwa sesungguhnya kita semua mempunyai tugas keda'ian. Seorang dokter yang menyadari kebesaran Allah SWT lewat kesempurnaan struktur tubuh manusia dapat berdakwah dengan menyampaikan "kesadarannya" itu pada pasiennya. Begitu juga negarawan, peneliti, teknolog dan sebagainya semuanya dapat melaksanakan peran-peran keda'ian pada bidang keahliannya masing-masing.
Kedua, isi pesan juga perlu terus diperluas. Isi pesan dakwah diharapkan tidak hanya merujuk ke AI-Quran, hadis, sunnah, dalam arti sumber baku, tetapi juga pada sumber-sumber dinamis berupa "Al-Quran besar" yaitu universum, langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya. Jika dulu dan bahkan juga sekarang mubaligh dominan berbicara tentang akhirat, surga dan neraka, maka materi dakwah kini perlu diperluas untuk juga menggeluti masalah-masalah dunia dan kekinian. Dengan kata lain, dakwah harus dapat mengembangkan kiprah manusia pada tuntutan hidup yang bersifat kekinian dan yang bersifat keakhiratan.
Ketiga, media untuk menyampaikan pesan dakwah juga perlu diperluas maknanya. Semua jenis media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan seterusnya mestinya dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan dakwah. Tentu saja kontak interpersonal tak kalah pentingnya. Perbuatan atau prestasi baik dalam satuan-satuan kerja dan pengabdian kita pun dapat dijadikan sebagai suatu media dakwah, yakni sebagai uswatun hasanah bagi orang-orang disekitar kita.
Keempat, khalayak atau target audience juga perlu diperluas maknanya. Selain orang-orang yang berada di masjid, langgar, musholla, majelis taklim, seharusnya mereka yang berada di tempat-tempat lain seperti di kantor, perusahaan, rumah sakit dan sebagainyapun juga dapat menikmati dakwah. Tentu saja dengan cara ataupun pendekatan yang berbeda-beda. Semua anggota masyarakat, sebagai individu atau kelompok, yang kaya dan miskin, di kota metropolitan dan di desa terpencil, seharusnya terjangkau oleh dakwah dengan medium dan materi yang sesuai. Dengan kata lain jaringan (networking) dakwah tingkat lokal, tingkat nasional dan bahkan tingkat internasional perlu dibangun. Semua ini tentu saja memerlukan manajemen yang baik dan penanganan yang, katakanlah, professional.
Kelima, dalam kegiatan berdakwah, seperti halnya dalam proses komunikasi, feedback amat penting diperhatikan. Kesadaran dan kepekaan kita dalam mendeteksi feedback akan membuat proses berdakwah lebih efektif. Kita misalnya bisa mengubah model dakwah setelah melihat umpan balik dari khalayak. Feedback juga memungkinkan munculnya dialog yang lebih produktif. Tak seorang pun di antara kita yang patut berpretensi serba tahu tentang segala hal. Karena memang tak satupun makhluk di dunia ini yang sempurna keadaannya.
Sebuah bukti bahwa dakwah tetap dapat berkembang bahkan akan lebih berkembang di era informasi ini adalah penduduk muslim diseluruh dunia yang mulai mencapai 1,5 milyar akibat tekhnologi informasi yang begitu mudah diakses dan dinikmati sehingga mereka semakin mudah mengenal dan mempelajari islam secara keseluruhan.
Beberapa hal yang sudah tersebut diatas merupakan pendukung yang amat kuat bagi kita ummat islam untuk menguasai tekhnologi, bahkan hokum mempelajarinya sudah berpindah menjadi wajib. Disamping itu terdapat beberapa alas an yaitu; pertama, karena pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan berasal dari sumber-sumber negara Islam yang telah dibawa oleh negara-negara barat. kedua, Karena Allah akan memberikan kearifan dan juga ketentraman kepada siapa saja yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar umat muslim tidak bergantung kepada dunia barat (umat lain), agar juga bisa membuat solusi-solusi terhadap persoalan umat. Ketiga, Penguasaan teknologi Informasi akan membuat umat Islam untuk selalu mengetahui informasi terkini dan tidak gampang untuk dipecah belah oleh umat lain. Sehingga dengan menguasai teknologi informasi akan mendekatkan persatuan dan kesatuan umat. Keempat, peringatan Nabi Muhammad lewat hadist yang beliau ucapkan 14 abad yang lalu mengenai setiap zaman adalah berbeda, artinya antara zaman kita dengan anak cucu kita akan berbeda karena perubahan semakin cepat. Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Hadis Nabi saw).”
Sekarang saatnya kita semua sadar bahwa dakwah islam perlu kita perjuangkan sejak islam ada hingga kapanpun, tanpa ada batasnya. Jika mengaku ummat Rasulullah yang ikut antri dibelakang beliau untuk mendapatkan syafa’at, maka ‘Ballighu ‘Anni walau ayat’ sampaikanlah walau satu ayat, walau jiwa menjadi taruhannya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar