Rabu, 07 Desember 2011

KALAM KHOBARI

BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Berawal dari sastra Al-Qur’an yang sangat tinggi yang merupakan mu’jizat dari allah Swt, belum lagi hadist-hadist nabi dengan baajhasa arab yang juga memiliki sastra yang tinggi, maka Abdul Al-Qahir al-Jurzani menjadi terketuk hatinya untuk mengenmbangkan ilmu balaghah. Beliau berharap tak hanya orang-orang tertentu saja yang bias memahami betapa tingginya sastra yang terkandung dalam al-qur’an.
Mengingat bahwa enggannya masyarakat islam membaca al-qur’an dikarenakan mereka merasa aneh dan tak mengerti maksud dari ayat al-qur’an merupakan salah satu pertanda bahwa nilmu balaghah yang sengaja ditemukan secara khusus untuk menghilangkan keasingan akan sastra al-qur’an sudah tak lagi diindahkan. Maka dari itu kami selaku pemakalah mencoba kembali mengenalkan ilmu balaghah kepada para pembacaa sekalian. Dan yang pertama kami dijelaskan adalah kalam khobari.
Harapan pemakalah, dengan adanya makalah ini, para pembaca tak lagi merasa asing denagan sastra-sastra arab  khususnya yang terkandung dalam al-qur’an.

B.                 RUMUSAN MASALAH
  1. Apakah pengertian kalam khobari ?
  2. Apakah tujuan kalam khobari ?
  3. Apasajakah macam-macam kalam khobari ?
  4. Apasajakah macam – macam mukhatab?
  5. Bagaimanakah cara penyampaian kalam khobari?
  6. Adakah peyimpangan dalam penyampaian kalam khobari?

C.     TUJUAN MASALAH
1.      Mengetahui pengertian kalam khobari.
2.      Mengetahui tujuan kalam khobari.
3.      Mengetahui macam-macam kalam khobari.
4.      Mengetahui macam – macam mukhatab.
5.      Mengetahui cara penyampaian kalam khobari.
6.      Mengetahui peyimpangan dalam penyampaian kalam khobari.
BAB II
PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN KALAM KHOBARI
1. Menurut etimologi
Khobari => khobara => kabar
2.Menurut terminologi ilmu balaghah (Imam Al-Akhdari)
مااحتمل الصدق والكذب لذاته
“ Kalam yang mungkin benar, mungkin juga bohong berdasarkan isi dari kalam tersebut”
3.Kriteria benar salah dalam lingkup kalam khobari
a)      Menurut mayoritas ulama’
Benar = sesuainya isi berita dengan fakta yang ada.
Bohong = tidak sesuainya berita dengan fakta yang ada.
b)      Menurut nidham
Benar = sesuainya isi berita dengan i’tikad orang yang berbicara (mutakallim) meskipun tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Bohonng = tidak sesuainya isi berita dengan i’tikad orang yang berbicara (mutakallim) meskipun sesuai dengan fakta yang ada.
c)      Menurut Jahidh
Benar = sesuainya isi berita dengan fakta dan I’tikad orang yang berbicara (mutakallim)
Bohong = tidak sesuainya isi berita dengan fakta dan I’tikad orang yang berbicara (mutakallim)
Maka, jika salah satu saja dari ketiga aspek tersebut tidak sesuai, tidak dapat disebut benar ataupun bohong.
d)      Menurut Raghib
Benar = sesuainya isi berita dengan fakta dan I’tikad orang yang berbicara (mutakallim)
Bohong = tidak sesuainya isi berita dengan fakta dan I’tikad orang yang berbicara (mutakallim)
Maka, jika salah satu saja dari ketiga aspek tersebut tidak sesuai, dapat disebut benar sekaligus bohong.

B.     TUJUAN KALAM KHOBARI
Pada pokoknya kalam khobar diucapkan untuk salah satu dari dua :
1.      faidatul khobar
yakni untuk memberi tahu pendengar yang belum tahu sama sekali tentang isi kalam tersebut .
Contoh: ولد النبي صلى الله عليه وسلم عام الفيل و أوحي إليهفي سنّ الاربعين واقام بمكة ثلاث عشرة سة وبالمدينة عشرا
Nabi Muhammad Saw. Dilahirkan pada thun gajah, diturunkan wahyu kepandanya ketika beliau berumur empat puluh tahun. Beliau bermukim di makkah selama tiga  belas tahun dan di madinah selama sepuluh tahun.”
2.      laazimul faidah
yakni untuk memberitahu pendengar yang sudah tahu dan mengerti isi dari kalam tersebut.
Contoh: لقد نهضت من نومك اليوم مبكّرا
Sungguh benar-benar kamu bangkit dari tidurmu hari ini pagi sekali.”
Terkadang kalam khobar diucapkan untuk maksud lain yang dapat dipahami dari susunan kalimatnya, seperti:
1.      Al-Istirham, untuk mencari belas kasihan
2.      Izhhaarudh Dha’fi, untuk menampakkan kelemahan
3.      Izhhaarut Tahassur, untuk menampakkan kelemahan
4.      Al-Fakhr, untuk kesombongan
         Contoh: إنّ الثمانين وبلّغتها    *   قد احوجت سمعي إلى ترجمان
“ Sesungguhnya delapan puluh dan penemuanku terhadapnya benar-benar menjadikan pendengaranku membutuhkan juru terjamah.”
C.     PEMBAGIAN KALAM KHOBARI
1. Ibtida’i
Kalam khobar yang ditujukan kepada pendengar yang tidak tahu isi dari kalam tersebut.
2.Thalabi
Kalam khobar yang ditujukan kepada pendengar yang sudah tahu dan mengerti tetapi ingin memperolenh keyakinan dalam mengetahui isi dari kalam tersebut.
3.Inkari
Kalam khobar yang ditujukan kepada pendengar yang mengingkari isi dari kalam tersebut.
D.    MACAM-MACAM PENDENGAR / MUKHATTAB
  1. Mukhatab yang tidak tahu (Khaalidz dzihni)
  2. Mukhatab yang tahu dan mengerti (Mutararaddid adzdzihni) serta ingin memperoleh keyakinan dalam mengetahuinya
  3. Mukhatab yang inkar (imkari)
E.     CARA PENYAMPAIAN KALAM KHOBARI
Cara penyampaian kalam khobari harus disesuaikan dengan mukhatabnya, yaitu :
1.      Jika mukhatab merupakan khalidz dzihni dan tidaak ragu-ragu, maka dalam penyampiannya tidak diperlukan taukid / penguat.
2.      Jika mukhatab merupakan Mutararaddid adzdzihni serta ingin memperoleh keyakinan dalam mengetahuinya, maka diperlukan adat taukid untuk meyakinkan  mukhatab
3.      Jika mukhatab merupakan imkari terhadap isi kalam, maka diperlukan double adat taukid untuk lebih menguatakan kalam sehingga dapat meyakinkan  mukhatab
Adapun adat-adat taaukid adalah  :
1.      adat taukid berita positif (kalam mustbat)
a)      Sumpah, contoh (والله زيد قا ئم)
b)      قد , contoh (قد قام زيد)
c)      إنّ , contoh (إنّ زيد قا ئم)
d)      Lam Ibtida’, contoh ( زيد لقائم )
e)      Nun dua taukid, contoh (ليقومنّ زيد)
f)        Jumlah ismiyah, contoh ( زيد قائم )
2.      Adat taukid berita negatif (kalam manfi)
a)      إنّ زائدة , contoh (ما إنّ زيداقائم )
b)      كان زائدة , contoh ( ما كان زيد قائم )
c)       Lam Juhud, contoh ( ما كان زيد ليقوم)
d)       Ba’ Zaidah ( ما زيد بقائم )
e)      Sumpah, contoh ( والله زيد قائم)

F.      PENYIMPANGAN KAIDAH KALAM KHOBARI
Penyimpangan penyampaian pada kalam khobari dapat saja terjadi jika :
1.mukhatab yang khaliyud dzihni ditempatkan sebagai penanya yang ragu bila kalam khobar tersebut didahului oleh kalimat yang mengisyaratkan hukum.
2.Mukhatab yang bukan orang yang ingkar dianggap sebagai orang yang ingkar karena tampknya beberapa keingkaran padanya.
3.mukhatab yang ingkar dianggap sebagai bukan orang yang ingkar bila dihadapnnya sudah terdapat beberapa dalil dan bukti yang seanndainya jika diperhatikan akan musnahlah keingkaran tersebut.

ولا تخاطبني في الذين ظلمواانّهم مغرقون (هود : 37)

“Dan janganlah kau bicarakan kepadaku tentang orang-orang zalim itu, sesungguhnya ,mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS Yusuf : 37)


BAB III
PENUTUP
A.     SIMPULAN
1.      Kalam khobari adalah
مااحتمل الصدق والكذب لذاته
“ Kalam yang mungkin benar, mungkin juga bohong berdasarkan isi dari kalam tersebut”
2.      Tujuan kalam khobari adalah
faidatul khobar, laazimul faidah, Al-Istirham, Izhhaarudh Dha’fi, Izhhaarut Tahas, Al-Fakhr
3.      kalam khobari ada 3 yaitu ibtidan’I, thalabi, dan inkari
4.      macam-macam mukhatab ada 3 yaitu :
a)    Mukhatab yang tidak tahu (Khaalidz dzihni)
b)   Mukhatab yang tahu dan mengerti (Mutararaddid adzdzihni) serta ingin memperoleh keyakinan dalam mengetahuinya
c)    Mukhatab yang inkar (imkari)
5.      Cara penyampaian kalam khobari adalah disesuaikan dengan keadaan mukhatabnya.
6.      terdapat banyak penyimpanan kaidah dalam penyampaian kalam khobari, seperti halnya mukhatab yang inkar dan seharusnya disertai dengan dua adat taukid dalam penyampaiannya tetapi, tidak disebutkan sama sekali adat taukid karena didanhului oleh kalimat-kalimat lain yang sudah mewakili adat taukid untuk menegaskan kebenaran isi berita.

B.     SARAN
Setelah mengetahui betapa pentingnya ilmu balaghah dalam memahami makna-makna dalam bahasa arab khususnya dalam al-qur’an yang tidak dapat dimengerti dengan mata telanjang (perlu naluri sastra), sedangkan begitu langka pengajar dan pelajar yang berminat dalam ilmu balaghah ini, bahkan bisa dikatakan ilmu balaghah sudah mulai punah, maka kita sebagai umat islam yang sesungguhnya haruslah melestarikan ilmu balaghah agar tak hanya bisa membaca al-qur’an tetapi juga dapat memahami kandungan yang terdapat didalamnya.



DAFTAR PUSTAKA
Nurkholis, Mujiono dan Bahrun Abu Bakar,L.C. 2005. Terjemahan Al-Balaghatul Wadhihah. Cetakan ke VI. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Usman. 1961. Al-Balaghatul Wadhihah. Surabaya: Al-Hidayah.
Hamid, Abdul Qodir. Terjemahan Jauharul Maknun. Surabaya: Al-Hidayah


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar